Sampahku Membangun Sekolahku
Jum’at, 2 Agustus 2019 Kegiatan Program Pengembangan Masyarakat (PRODAMAT) dilaksanakan di MTs Muhammadiyah Kasihan, yang merupakan salah satu program wajib bagi mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan UAD, sebagai bentuk realisasi tridarma perguruan tinggi, mengabdi kepada masyarakat. Menurut Dr. Achadi Budi Santosa, M.Pd. kegiatan ini memberikan inspirasi untuk terus berkarya dan berinovasi, berkaca pada kebutuhan dan tuntutan yang ada di masyarakat saat ini. Beliau juga menjelaskan bahwa standar pendidikan nasional akan terus meningkat, oleh karenanya lembaga-lembaga pendidikan harus mampu mengupdate. Bukan hanya itu, sumber daya manusia juga harus mampu mengembangkan kompetensinya. Manajemen berbasis sekolah (MBS) menjadi trobosan untuk memajukan dan mengambangkan lembaga pendidikan, pengelolaan sampah hanya dapat dibangun melalui MBS, sekolah harus mampu merangkul seluruh warga sekolah termasuk masyarakat.
Ketua penyelenggara Ary Kurniawan, S.Pd., yang didampingi anggotanya Fajar Defitrika, Amalia Ima Nurjayanti dan Wasi’al Khusni memaparkan penyelenggaraan kegiatan ini merupakan pengabdian UAD terhadap masyarakat khususnya pada kegiatan ini difokuskan untuk pengambangan sumber daya manusia yang terjaring dalam AUM Bangunjiwo. Kegiatan ini bersama merangkul PRM Bangunjiwo dan MTs Muhammadiyah Kasihan, sebagai bentuk keseriusan menghadapi Abad XXI yang terus menuntut tingginya kreativitas dan inovatif. Ary Kurniawan melanjutkan penjelasannya bahwa sampah merupakan permasalahan global yang saat ini menjadi sorotan dunia, kesadaran masyarakat menjadi ujung tombak untuk menghadapi isu ini, bukan hanya masyarakat secara individu saja namun setiap instansi juga harus mampu berperan aktif memanfaatkan sampah.
Ananto Isworo sebagai mentor dalam kegiatan pelatihan ini, memberikan banyak inspirasi dan model pengelolaan sampah yang bervariasi karena pelatihan ini dikaitkan dengan kehidupan keseharian masyarakat yang kita geser dalam instansi, artinya peran peserta didik, guru dan warga sekolah lainnya untuk mengerjakan suatu proyek. Ananto Isworo bernotabene sebagai Founder Gerakan Sedekah Sampah (GSS) berbagi strategi manajemen yg dapat dilakukan oleh sekolah, diantaranya mengoptimalkan peran OSIS sebagai koordinasi lapangan dibawah tanggungjawab Waka Sarana Prasarana, juga sebagai bentuk pendidikan kewirausahaan, manajemen dan adiwiyata serta menumbuh kembangkan ide, kreativitas dan rasa tanggungjawab. Sangat memprihatinkan program pendidikan adiwiyata yang saat ini berjalan di berbagai instansi sekolah, sebagaimana disampaikan oleh Ananto Isworo “banyak instansi yang menjalankan pendidikan adiwiyata namun belum pada pengembangan pengelolaan sampah, ini sungguh memprihatinkan, bagaimanapun juga sampah merupakan bagian dari kebutuhan dan tuntutan dalam berkehidupan, oleh karena itu kita harus mampu berfikir kritis dan bertindak kolaboratif dalam memanipulasi keberadaan sampah ini.”. Selanjutnya strategi yang diberikan dengan pembentukan TIM Adiwiyata yang beranggotakan perwakilan setiap kelas dan pengurus osis sebagai “bank sampah”. Pengelolaan sampah yang bervariatif berupa artefak-artefak, tempat media tanam organik, dan jika menghasilkan produk jual seperti tas, dompet maka hasilnya dapat disalurkan pada program sodaqoh.
Antusias peserta pelatihan menunjukan kesuksesan dan pentingnya kegiatan ini, dimana banyak peserta pelatihan dengan seksama mengikuti pelatihan membuat tas dari kaos oblong bekas juga pembuatan tempat media tanam organik dari botol air mineral. Menurut Ary Kurniawan, S.Pd., pelatihan yang diselenggarakan dirasa masih kurang efektif karena keterbatasan waktu, namun sudah mampu memicu kekritisan dan memberikan motivasi kepada peserta pelatihan untuk melakukan pemanfaatan sampah. Harapanya kegiatan ini terus dilanjutkan dan dikembangkan ke seluruh instansi yang ada di Yogyakarta, sehingga instansi juga ikut serta menyumbang peran aktif dalam meredam isu aktual yang dapat memperkeruh kehidupan bumi. (fj/adm)