Prodamat, Solusi Mahasiswa Pascasarjana UAD untuk Indonesia
Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan (PPs UAD) harus memiliki sikap kepedulian sosial yang tinggi sebagai wujud pengamalan nilai-nilai ke-Islam-an dalam masyarakat. Sikap peduli tersebut sebagai bentuk kecendekiawanan mahasiswa, yaitu suatu tindakan untuk mengamalkan berbagai ilmu yang dimiliki untuk memberdayakan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat sekolah, pesantren, panti asuhan, kelompok-kelompok tertentu yang memerlukan bantuan keilmuan, pengetahuan, maupun keterampilan, serta masyarakat pada umumnya dalam lingkup RT, RW, RK, maupun masyarakat yang lebih luas.
“Program Pemberdayaan Umat (Prodamat) ini telah digulirkan oleh PPs UAD pada tahun 2015. Pertama digulirkan program diikuti oleh 237 mahasiswa. Dan pada tahun 2017 ini, Prodamat diikuti oleh 244 mahasiswa. Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 3-5 mahasiswa yang didampingi oleh satu orang pembimbing,” ungkap Dr. Dwi Sulisworo Wakil Direktur Pascasarjana yang juga Ketua Prodamat.
Sebelum mahasiswa diterjunkan ke masyarakat, mahasiswa memperoleh pembekalan. Pada angkatan II tahun 2017 ini pembekalan disampaikan oleh Prof. Dr. Achmad Mursyidi, M.Sc., Apt., Drs. H. Muchlas Abror, dr. Agus Taufiqurrohman, Sp.S., M.Kes., Dr. Dwi Sulisworo, serta para Kaprodi untuk diskusi tiap-tiap program studi.
Prof. Achmad Mursyidi menyampaikan tentang pentingnya memadukan antara cendekia, kepedulian sosial, serta agama. “Kalau ketiganya dipadukan, maka insya Alloh akan banyak manfaatnya, termasuk mengubah mental masyarakat kita yang saat ini banyak mengalami sakit secara psikologis. Penting melakukan kegiatan dengan interdisiplin ilmu untuk memecahkan berbagai masalah di masyarakat yang cukup komplek,” ucapnya.
Muchlas Abror yang menyampaikan materi pada sessi kedua memberikan berbagai contoh keteladanan yang ditunjukkan oleh para pimpinan Muhammadiyah dari kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan sampai dengan kepemimpinan saat ini Dr. Haedar Nashir. “Muhammadiyah dalam usia yang ke-105 ini telah memiliki Ketua sebanyak 15 kali. Dan yang terlama adalah Pak K.H. A.R. Fachruddin yaitu selama 22 tahun, dan yang terpendek adalah K.H. Faqih Usman tahun 1968 yang hanya kurang lebih 8 hari setelah terpilih Beliau wafat,” ujarnya.
“Sifat yang dimiliki oleh para tokoh Muhammadiyah antara lain: pertama Keikhlasan, mereka berjuang semata-mata mencari ridho Alloh, bukan mencari kedudukan, kekayaan, dan lainnya yang bersifat keduniaan. Mereka rela tidak digaji,” ungkapnya. “Yang Kedua Persamaan, mereka mempraktekkan persamaan dalam kehidupan sehari-hari, tidak meninggikan diri dan merasa beda dengan yang lain. Ketiga, Sederhana dan bersahaja, bahwa mereka hidup dalam kesederhanaan dan kebersahajaan. Pak A.R. Fachruddin itu belum memiliki rumah sampai Beliau wafat. Beliau jualan bensin yang diletakkan didepan rumah pinjaman yang Beliau tinggali,” ceritanya sambil mengenang masa-masa mendampingi Pak AR dengan berboncengan sepeda motor.
Sifat lain yang dimiliki oleh tokoh Muhammadiyah adalah rendah hati, santun, tidak sombong, keberanian dalam berjuang, kejujuran dan kesungguhan, bersemangat dan bekerja keras, kegembiraan dalam membantu kaum dhuafa, tidak putus asa bahkan kreatif, serta kesabaran dan keistiqomahan.
Sementara dr. Agus Taufiqurrahman menyampaikan bahwa kegiatan pengabdian pada masyarakat merupakan tindakan jihad. “Jihad untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, dari kebodohan, dari keterbelakangan. Dan yang biasa bodoh, terbelakang itu adalah orang miskin karena terkendala oleh urusan finansial jika akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga Prodamat ini adalah kegiatan yang mulia dan cerdas,” ungkapnya. (dsk)
sumber : http://pascasarjana.uad.ac.id/prodamat-solusi-mahasiswa-pascasarjana-uad-untuk-indonesia/