Perubahan Paradigma Guru
Setelah sebelumnya menghadirkan kepala sekolah dari Kabupaten Berau, pada kesempatan kali ini seorang guru dari Kota Jayapura, Provinsi Papua hadir mengisi dalam kuliah tamu Best Pratices Kepemimpinan Sekolah Magister Manajemen Pendidikan (S2 MP UAD) (23/12/2021). Kegiatan ini masih dilaksanakan secara daring via Zoom. Pak Mardi biasa disapa adalah guru di SD Inpres Bertingkat Waena, Kota Jayapura sebagai pengisi kuliah tamu kali ini. Beliau juga merupakan salah satu guru penggerak angkatan pertama dari Kota Jayapura dan kandidat the most significant change dari program guru penggerak (PGP).
“Kebetulan saya waktu itu akhir November sampai awal Desember mempunyai kesempatan untuk datang ke sekolahnya pak Mardi dan melihat seperti apa perubahan yang terjadi di sekolah Pak Mardi sebagai efek dari keterlibatannya Pak Mardi sebagai guru penggerak dan yang perlu dicatat disini adalah lokasi pak Mardi itu sekolahnya di daerah Papua sehingga ada hal-hal yang unik mungkin yang tidak kita temui di daerah sini di Yogyakarta, tetapi ada di Papua. Maka saya mengundang Pak Mardi untuk sharing pengalaman tentang keterlibatan Pak Mardi tentang guru penggerak ini dari awal sampai akhir. Mungkin ada hal-hal yang apa sebenarnya tantangan yang seperti apa solusinya supaya teman-teman bisa belajar dari pengalaman yang sudah dialami pak mardi”, kata Dr. Enung Hasanah memperkenalkan pemateri.
Pak Mardi menyampaikan pengalaman selama mengikuti PGP dari mulai pendaftaran, test, sampai diterima dan dinyatakan lulus dari program guru penggerak ini. Motivasi mengikuti PGP ini berasal dari internal diri sendiri. Guru harus dinamis jangan statis. banyak guru berada dalam zona nyaman. harus ada sesuatu yang berubah dalam diri kita. Jika guru tidak mengikuti perubahan yang ada akan tertinggal. Dengan adanya PGP ini rasa penasaran muncul selaras sengan ingin ada perubahan dari diri sendiri.
“Program guru penggerak ini dilaksanakan secara daring. Jadi kami tetap melaksanakan tugas sebagai guru di sekolah sambil mengikuti pembekalan PGP ini. Jadi untuk kegiatannya itu 70% memang kami ada di sekolah di on the job learning Ya kemudian 20% lagi kami kegiatannya itu bersama dengan rekan sejawat teman-teman yang lulus dalam PGP ini melalui LMS kemudian yang 10% nya lagi ini belajar bersama dengan narasumber dan instruktur”, terang Pak Mardi menjelaskan kegiatan PGP.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa dalam pelatihan daring ini(PGP) ada perpaduan sinkron dan asinkron. Sinkron pertemuan secara virtual sedangkan asinkron mengakses materi, mengerjakan tugas-tugas mandiri melalui LMS. Dalam waktu 9 bulan PGP harus menyelesaikan 3 modul yaitu pertama berkaitan dengan visi dan misi guru penggerak, kedau praktik pembelajaran yang berpihak kepada murid dan ketiga berkaitan dengan pemimpin pembelajaran dan pengembang sekolah.
Kegiatan guru penggerak ini berbeda dengan pelatihan yang lain, yang biasanya menekankan di aspek teori sedangkan di PGP ini lebih banyak praktik aksi nyata yang dilakukan di sekolah masing-masing.
Pak Mardi juga menyampaikan tentang dampak yang didapat dari PGP ini yaitu berkolaborasi dengan rekan PGP yang lain. Saling menginspirasi dalam hal kondisi sekolah, berbagai praktik yang dilakukan sekolah masing-masing. Dampak yang lain bisa dirasakan adalah perubahan pola pikir menjadi seorang guru, bahwa yang sebelumnya menjadi guru itu hanya mengajar dan transfer ilmu tapi menuntun anak sesuai potensinya karena sumua anak itu tidak sama karena mereka unik dengan pribadi masing-masing. Dampak lain dari PGP ini kemampuan IT menjadi tambah karena dilaksanakan secara daring,
Dengan adanya kuliah tamu dari praktisi pendidikan mahasiswa bisa menyerap langsung ilmu bukan hanya sekedar teori pendidikan.