Kompetensi Kepribadian dan Sosial Guru
Kompetensi kepribadian dan sosial guru merupakan dua kompetensi penting diantara empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Guru yang memiliki kompetensi kepribadian baik maka dia akan memiliki kepribadian yang mantab dan stabil, dewasa, arif, berwibawa dan beraklaq mulia. Sementara itu, guru yang memiliki kompetensi sosial yang baik maka dia akan dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif kepada atasan, teman sejawat, siswa, dan masyarakat sekitar.
Bertempat di SD Negeri Banyu Urip 2 Turi (17/10/2024), Prof. Dr. Suyatno dsoen Magister Manajemen Pendidikan FKP UAD (S2 MP UAD) menjadi narasumber dalam pelatihan dengan tema Kompetensi Kepribadian dan Sosial Guru. Peserta kegiatan ini adalah Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri Banyu Urip 2 Turi, hadir juga koordinator pengawas (korwas) pendidikan Kapanewon Turi.
Disampaikan oleh Dra Suwarsih Kepala SD Negeri Banyu Urip 2 Turi, bahwa Pelatihan ini sebagai bukti komitmen sekolah untuk terus mengembangkan kapasitas guru agar mutu sekolah semakin baik
Pelatihan ini berbeda dengan pelatihan-pelatihan yang ada sebelumnya. Biasanya pelatihan guru lebih fokus pada kompetensi pedagogik dan profesional, tetapi kali ini fokus pada kompetensi kepribadian dan sosial. Semoga dengan pelatihan ini bapak dan ibu guru semakin dapat menjadi role model dan agen perubahan di masyarakat,” terang Dra Suliratmi korwas pendidikan Kapanewon Turi
Dalam materinya Prof Suyatno menyampaikan bahwa Guru yang menguasai materi pelajaran dan bisa mengajarkannya dengan interaktif dan sesuai prinsip-prinsip pedagogis, tetapi jika kepribadiannya tidak dapat menjadi contoh pasti yang diajarkan akan disepelekan oleh siswa. Inilah pentingnya kompetensi kepribadian.
“Pinter berkomunikasi tidak selalu bermakna pintar bicara. Guru pintar bicara tetapi kalau bicaranya selalu menyakitkan hati kawan bicara, ya sebenarnya dia tidak pintar berkomunikasi. Guru yang pintar berkomunikasi adalah guru yang dapat menjadi pendengar aktif, empati, dan peduli terhadap kawan bicara,” kata Prof Suyatno yang juga Wakil DekanFKIP UAD
Dijelaskan lebih lanjut, dalam komunikasi lintas budaya, lintas agama, bahkan lintas generasi, kita sangat perlu punya prinsip empati dalam berkomunikasi. Kita tidak akan dapat memahami orang lain dengan benar jika kita tidak tahu bagaimana cara orang lain memahami dirinya sendiri. Prinsip ini juga penting untuk menjembatani gap generasi, terutama gap antara guru sebagai gen milenial bahkan generasi (gen) baby boomers dan gen x, sementara para siswa kita adalah gen z dan gen alpha.