Kuliah Perdana S2 Manajemen Pendidikan UAD Hadirkan Alumni Indonesia Mengajar
Yogyakarta – Program Studi Magister Manajemen Pendidikan (S2 MP) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar Kuliah Perdana Semester Gasal 2025/2026 secara daring melalui Zoom Meeting pada Senin, 22 September 2025 dengan peserta dosen dan mahasiswa.
Dekan FKIP UAD, Dr. Muhammad Sayuti, M.Pd., M.Ed., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kedatangan mahasiswa baru. “Atas nama fakultas kami menyambut para mahasiswa baru, calon-calon manajer pendidikan masa depan yang bergabung di UAD,” ujarnya. Sayuti menambahkan, bergabung dengan Magister Manajemen Pendidikan berarti belajar isu-isu manajerial pendidikan yang insyaallah bermanfaat untuk pengembangan di masa depan. “Prodi MP sudah memiliki akreditasi unggul, universitasnya unggul, dan dosen-dosennya juga bibit-bibit unggul,” tegasnya.
Kuliah perdana kali ini mengangkat tema “Muda Menginspirasi: Belajar dari Gerakan Indonesia Mengajar” dengan menghadirkan narasumber Pratiwi Hamdhana AM, Cofounder Ranjana Enterprise dan Setara Berdaya Group. Acara dipandu oleh Dr. Achadi Budi Santosa, Sekretaris Prodi S2 MP UAD.
Dalam pengantarnya, Achadi Budi menekankan bahwa gerakan Indonesia Mengajar bukan hanya soal mengajar, tetapi juga belajar dari masyarakat lokal. “Yang lebih penting, pengalaman itu melahirkan nilai kepemimpinan, keberanian, kolaborasi, dan cinta tanah air,” ungkapnya.
Pratiwi, yang membawakan materi bertajuk “Mengajar di Pedalaman Membuka Jalan Kehidupan”, menceritakan pengalamannya sebagai Pengajar Muda angkatan 2015/2016 yang ditempatkan di Fak-Fak, Papua Barat. Ia mengenang awal mula tertarik dengan Indonesia Mengajar saat bekerja di Australia setelah lulus dari Universitas Hasanuddin. Meski sempat diterima bekerja dengan penghasilan besar, Pratiwi akhirnya memilih untuk mengikuti Indonesia Mengajar.
“Keputusan itu adalah turning point dalam hidup saya. Saya sempat galau, bahkan menangis, karena meninggalkan pekerjaan yang menjanjikan. Tapi saya merasa inilah kesempatan yang Tuhan berikan, untuk benar-benar memberi dampak bagi anak-anak di pelosok,” ujarnya.
Baginya, keputusan bergabung dengan Indonesia Mengajar adalah bentuk pay it forward—membalas kebaikan yang ia terima dengan memberikan kebaikan kepada orang lain. “Kalau pekerjaan atau uang bisa dicari, tapi kesempatan untuk mengabdi di pelosok dan berdampak langsung pada masyarakat hanya datang sekali. Karena itu saya memilih Indonesia Mengajar,” tutupnya.